Wednesday, September 13, 2006

and it's all about love

Love is...blind


Gila, tumben banget gw nulis sesuatu tentang sesuatu yang bernama cinta. (Tangan gw aja *hampir* merasa kram waktu nulis kata "cinta"). Tapi, skrg gw lagi pengen aja nulis sesuatu tentang ini--yg kyknya klo dikupas kyknya nggak bakal ada habisnya. Liat aja toko buku atau bioskop, pasti dipenuhi sama tema2 kyk begini yg kyknya kok biasa aja (atau malah jelek? Wlpn ada juga yg bagus bgt) tp kok laku bgt?

Dan katanya, cinta itu buta. Byk kan orang yang bilang begitu? Dan gw bingung... Itu bener nggak sih? Apakah so-called love itu begitu dahsyatnya sampe kita menutup mata sendiri? Atau itu cuma ilusi kita doang, dalam usaha untuk mendramatisasi cinta yg kita rasakan?

Dan jawabannya adalah, YA itu benar! Dan itu udah scientifically approved lho. Setidaknya itu yg pernah gw denger. Ktnya, klo kita lg jatuh cinta sama seseorang, otomatis bagian otak kita yg berfungsi utk "berpikir kritis" thdp org itu jadi kurang aktif. Itu artinya, kita jd nggak mampu utk mengkritik "si dia" (aduh bahasanya) krn otak kita nggak "jalan".

Artinya, klo dia salah, kita nggak bakal sempet utk menganalisis knp dia salah dan apakah dia bener2 salah. Otak kita nggak nyampe. Klo dia bilang, "Nggak kok gw nggak salah," ya kt percaya2 aja sampe sahabat kita bilang, "Wah, cowok jgn dipercaya tuh!". Itulah knp org
bilang cinta itu buta, soalnya kita jd ngeliat dia dgn sebelah mata. Atau tepatnya, sebelah otak.

Walaupun keadaan spt itu keliatan seperti sebuah kekurangan, tp gw pikir bukannya itu suatu kelebihan? Itu adalah bukti hidup dan nyata pada seluruh umat manusia, bahwa kita
beradaptasi dengan sukses!

Lho kok jd nyambung ke adaptasi? Coba kita ke hukum rimba: Siapa yg kuat dia yg menang, siapa yg berhasil menyesuaikan diri dia yg menang, dan dialah yg akan berhasil mempertahankan hidup. Itu berarti secara teori, yg hidup skrg ini adlh yg terbaik, krn semuanya adalah ttg survival of the fittest.

Buat yg lbh condong ke pembuktian agama, boleh juga. Allah swt pasti menciptakan manusia dgn se-perfect2nya kan? Oke emang nggak ada org yg sempurna, tp bknkah manusia itu
"makhluk Allah yg paling sempurna"? Jd sudah pasti kita adalah "the fittest"--yang terbaik. Semua hal dlm diri kita, pasti ada gunanya. Nggak ada yg useless atau nggak ada gunanya.

Jd knp "ketidakmampuan kita utk menilai dgn objektif" justru merupakan suatu hal yg positif? Soalnya, ketidakmampuan itu adalah salah satu cara aneh kita utk terus selamat. Coba, klo
kita selalu berkritik pedas sama pacar kt? Pasti bakal berantem kan? Itulah knp kita diberi kelebihan--yaitu kemampuan utk menutup sebelah otak kita! Dgn begitu, kt jadi lbh toleran thdp siapapun pasangan kita. Keselamatan hubungan jadi terjamin deh.

Mungkin cinta yg buta adlh salah satu alasan knp umat manusia bisa sampe berjumlah 6 milyar seperti skrg. Coba klo kt nggak punya "ketidakmampuan kita utk menilai dgn objektif", pasti kita bakal berantem. Nggak ada orang yang mau nikah/pacaran, krn semua org dianggap salah. Klo caranya begitu sih, mungkin penduduk bumi cuma 1 atau 2 milyar, krn byknya single2 yg
bertebaran dan perang yg dipicu hal2 kecil.

Alhamdulillah, cinta itu buta. Dunia ini adlh ajang "survival of the fittest", and we are the fittest!


With (blind) love,
Inka S

No comments: