Waktu kita lahir, kita semua seperti kanvas kosong atau tanah liat yang masih basah. Gampang dibentuk, diubah, dan dipengaruhi. Kita masih polos dan karena itu orang lain melihat kita tanpa prasangka sedikit pun. Mereka hanya melihat kita sebagai kita, sebagai manusia.
Tapi lalu kita berubah, dengan adanya dorongan dari keluarga atau pengaruh dari teman. Lama-kelamaan diri kita menjadi terbentuk, mau tidak mau. Dan lalu terbentuklah "kotak" kita, di mana kita merasa nyaman di dalamnya dan merasa seperti diri kita sendiri. Orang lain, bahkan yang baru kenal sekali pun, akan melihat kotak tersebut dan tahu bagaimana harus bersikap kepada kita. Jika kotak kita terlihat sangar, maka mereka akan berhati-hati. Jika kotak kita sepertinya ramah, maka mereka akan mendekat dan mencoba menjadi teman.
Hampir seluruh hidup kita dipenuhi oleh prasangka, dan prasangka itu tergantung bagaimana kita menampakkan kotak kita. Kita belajar menampakkan kotak yang terbaik, dan orang lain belajar untuk memberikan respon yang tepat kepada tiap kotak yang berbeda. Itu adalah bagian dari pembelajaran hidup, bagian dari tinggal di dalam suatu komunitas.
Tapi tidak semua orang punya waktu yang cukup lama untuk mencari tahu apa yang ada di dalam kotak masing-masing orang. Apakah seorang pengacau tidak pernah berpikir untuk membantu orang? Apakah seorang pembohong pernah menyesali omongannya? Apakah orang pendiam tidak mungkin memiliki ambisi membara dalam hatinya? Tidak ada yang tahu.
Lama kelamaan kotak itu menjadi cap yang terpampang di dahi setiap orang. Yang orang lihat dan ketahui hanyalah seorang pengacau TITIK, pembohong TITIK, atau pendiam TITIK. Bukan pengacau yang ..., atau pembohong yang ..., atau pendiam yang .... Dengan melihat kotak orang lain, mereka pikir mereka cukup mengenal kita. Hingga akhirnya, mereka bahkan tidak peduli dengan perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan, karena yang mereka lihat hanyalah kotak itu dan tidak lebih. Kotak itu membutakan mereka.
Sementara di dalam kotak masing-masing, kita semua berteriak dan bertanya-tanya kapan semua prasangka ini berakhir. Kapan kita bisa dinilai berdasarkan apa yang kita perbuat dan kita pikirkan, bukan atas prasangka.
inka s
Tuesday, July 24, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment